Rabu, 14 November 2007

"Rahmat Gobal" Pendekar itu pun pergi

Kegairahan itu terlihat jelas pada raut muka Rahmat Gobel. Juga terlihat dari tatapan matanya yang tajam, dari gerakan-gerakan tangannya, pun dari suaranya yang terdengar lantang.
Rahmat Gobel adalah kegairahan itu ketika ia bicara seputar pencak silat. Ia sangat berkeinginan memperbaiki nasib sekitar satu juta pesilat yang akan dimagangkan dan dikirim bekerja di luar negeri. Ia juga berjanji mempersembahkan sejumlah medali sekaligus merebut supremasi silat Asia Tenggara yang dipegang Vietnam. Tergurat pula tekad mengenalkan silat pada dunia: pencak silat bakal diekshibisikan di ajang Olimpiade Beijing 2008.
Namun, semua itu menguap begitu saja. Dalam Musyawarah Nasional Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), dua pekan lalu, pemegang kendali perusahaan elektronik nasional terbesar itu mengundurkan diri di tengah jalan dari pencalonannya, mengulang memori musyawarah nasional (munas) lima tahun lalu. Bedanya kali ini, Rahmat Gobel memutuskan hengkang total dari IPSI.
Ia memang pantas kecewa. Politik uang mengemuka di sana . Begitulah adanya, kata seorang pengurus. Manuver tak elok juga menampakkan batang hidungnya. Siapa pula yang mengubah tata tertib acara dan hasil sidang pleno seenaknya? Inikah organisasi para pendekar yang, katanya, berjiwa kesatria?
Ia pantas sakit hati . Delapan tahun sudah ia menyumbangkan karya di IPSI. Dari menjabat ketua panitia munas, bendahara, sampai ketua harian sudah dilakoni. Miliaran rupiah untuk program kerja dikeluarkan dari kantong pribadinya, semata karena kecintaan lelaki itu terhadap silat yang sudah merasuk ke sanubari.
Balasannya? Selama menjadi ketua harian, Pengurus yang lain tidak pernah memberikan dukungan. Jadi inikah alasan maju ke pencalonan? Untuk menguji sejauh mana dukungan? Untuk mengetahui apakah dirinya masih dibutuhkan? Benar-benar antiklimaks dari sebuah pengorbanan.
Sejatinya, IPSI telah merugi. Semestinya, IPSI berkaca pada sesama induk organisasi. Di dunia tetangga sana, kehadiran pengusaha beken melahirkan cerita soal sinergi, kepercayaan, dan kepemimpinan berorientasi prestasi.
Lihatlah sinergi PSSI dan Nirwan Dermawan Bakrie. Dihargai amanat yang tinggi, sang Wakil Ketua Umum PSSI itu tanpa ragu menggelontorkan dukungan untuk program pembinaan tim nasional. Contohlah kepercayaan Persatuan Bola Basket Indonesia (Perbasi) memahkotai Erick Thohir, yang menjadikan liga dan turnamen mereka menjadi begitu semarak. Dan saksikanlah kepemimpinan Maxi Gunawan di Persatuan Boling Indonesia (PBI), yang telah menorehkan prestasi fenomenal.
Tapi nasi sudah menjadi bubur, alam terkembang jadikan guru. Masalah IPSI telah terkubur, jadikan semangat untuk melangkah maju. Jiwa pendekar seharusnya pantang menyerah. Jika layar sudah terkembang, walau surut pantang berpulang. Saya yakin kegairahan itu masih menyala dan tak bakal padam. Saya percaya semangat yang ada dalam diri Rahmat Gobel masih ada. Entah siapa yang beruntung memperolehnya.
Oleh : Amal Ihsan,Wartawan Tempo

Tidak ada komentar: